lifestyle

Ini akibatnya bila orang tua terlambat memberi toilet training kepada anak

Rabu, 25 Desember 2024 | 10:30 WIB
Penggunaan toilet jongkok lebih baik untuk penderita wasir karena dapat mempermudah Buang Air Besar (BAB). (ANTARA/Sizuka)



HARIAN MERAPI - Orang tua harus melatih anak menggunakan toilet secara mandiri.


Selain itu, harus pula tahu tanda-tanda anak sudah siap menjalani toilet training.


Sebab, pelatihan cara buang air kecil maupun buang air besar di toilet atau toilet training yang tertunda bisa menimbulkan masalah kesehatan pada anak.

Baca Juga: Sediakan Air Baku, Pemkab Kulon Progo Siap Kelola SPAM Kamijoro


Demikian disampaikan anggota Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Meitha Pingkan Esther T. Sp.A (K).

"Hal ini akan menimbulkan kekhawatiran adanya peningkatan penyebaran penyakit baik infeksi, diare, maupun hepatitis A," katanya dalam webinar IDAI yang diikuti dari Jakarta, Selasa.

"Toilet training yang tertunda juga pada anak menyebabkan penolakan untuk buang air besar dan bisa terjadi konstipasi, juga masalah-masalah pencapaian dan pemeliharaan kontrol kandung kemih," kata dokter konsultan tumbuh kembang pediatri sosial lulusan Universitas Indonesia itu.

Dia mengatakan, pembelajaran toilet training yang tertunda juga berpeluang menyebabkan stres pada orang tua, anggota keluarga, petugas di tempat penitipan anak, dan guru di sekolah.

Baca Juga: Pendakian Gunung Gede-Pangrango Ditutup hingga Maret 2025, Ini Penjelasan TNGGP

Kehadiran anak-anak yang belum terlatih menggunakan toilet untuk buang air kecil maupun buang air besar bisa menambah beban kerja petugas tempat penitipan anak dan taman bermain anak.

 

Dokter Meitha menyampaikan, toilet training dimaksudkan untuk melatih anak supaya bisa secara mandiri buang air kecil maupun buang air besar di toilet.

Menurut dia, ada dua tujuan utama pelatihan menggunakan toilet secara mandiri bagi anak, yakni memampukan anak mengenali sensasi buang air kecil serta menguasai tata cara buang air kecil maupun buang air besar di toilet.

"Misalnya, begitu anak merasa ada sensasi untuk buang air kecil dia akan menuju toilet, dia akan duduk di toilet, buang air kecil, setelah itu dia akan membersihkan dirinya sendiri, menyiram toiletnya, cuci tangan, dan seterusnya," katanya.

Pada intinya, pelatihan dilakukan supaya anak menguasai seluruh tata laku yang menyertai kunjungan ke toilet, termasuk memakai celana sendiri.

Halaman:

Tags

Terkini