HARIAN MERAPI - Ini hal yang harus diketahui para ibu hamil yang kemungkinan akan melahirkan bayi kembar.
Dokter mengingatkan risiko kehamilan bayi kembar yang harus diwaspadai, sehingga bisa diantisipasi cepat.
Peringatan tersebut disampaikan dokter KSM Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Dr. Med. Damar Prasmusinto, SpOG, Subsp.K.Fm dalam diskusi daring di Jakarta, Senin.
Baca Juga: Cuti melahirkan 6 bulan jadi kontroversi, Menparekraf: Day care bisa jadi jalan tengah
Ia mengatakan terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai ketika seorang ibu sedang memasuki masa kehamilan dengan bayi kembar.
“Sangat banyak konsekuensi dan risiko yang dapat terjadi pada ibu dan anaknya, pada mereka yang mengandung hamil kembar,” kata Damar Prasmusinto.
Damar menuturkan kehamilan bayi kembar dapat memicu kondisi kesehatan ibu, terutama yang hamil sedang hamil muda, mengalami beberapa kondisi yang tidak nyaman. Misalnya muncul rasa mual yang berlebihan, lemas, mudah lelah sampai tidak sanggup beraktivitas.
Gangguan kesehatan tersebut sering terjadi ketika ibu sedang memasuki masa trimester pertama kehamilan.
Baca Juga: BMKG menyebut ada 13 sesar aktif memiliki potensi gempa di Jawa Tengah
Risiko selanjutnya adalah ibu berpeluang mengalami preeklamsia, kondisi dimana tekanan darah ibu menjadi sangat tinggi dan dapat mengakibatkan kejang sampai kematian.
“Makanya biasanya begitu diketahui si ibu hamil kembar, dokter akan segera membuat rencana berapa kali harus periksa. Kalau pada kehamilan tunggal bulan depan kontrol, mungkin ini minggu depan harus kontrol,” ujar Damar.
Sedangkan risiko yang mungkin dapat mengenai bayi kembar dalam kandungan adalah lebih cepat mengalami ketuban pecah akibat ruang perut yang harus menampung lebih banyak beban dibanding kehamilan tunggal.
“Kalau misalnya bayi berusia delapan bulan, satu bayi beratnya itu dua kilo, berarti kalau ada dua bayi perut ibu harus menahan sebesar empat kilo. Untuk ukuran empat kilo pada satu bayi tunggal, itu hitungannya sudah cukup bulan dan bisa terjadi persalinan,” kata alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Baca Juga: Pengusaha keberatan, Jokowi: Cuti melahirkan enam bulan sangat manusiawi