HARIAN MERAPI - Penyintas banjir di Sumatera membutuhkan dukungan dan pendampingan psikologis.
Mereka juga membutuhkan dana dan obat-obatan dari para dermawan, tak harus datang ke lokasi bencana, namun sumbangan dapat dikirim lewat saluran yang tersedia.
Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Kasandra Putranto mengatakan bahwa masyarakat bisa membantu penyintas banjir di Aceh dan Sumatra meskipun tidak hadir di lokasi dengan lewat donasi beragam kebutuhan.
"Masyarakat tetap bisa membantu penyintas banjir di Aceh dan Sumatra meskipun tidak hadir di lokasi dengan memberikan donasi dana yang fleksibel dan sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan mendesak seperti makanan, obat-obatan, perlengkapan kebersihan, serta dukungan psikososial," ujar Kasandra saat dihubungi ANTARA dari Jakarta, Jumat.
Penggalangan dana daring dan penyebaran informasi valid, lanjut dia, juga menjadi hal penting untuk menjaga arus bantuan tetap lancar dan tepat sasaran.
Kasandra turut menyarankan beberapa bantuan yang dapat disalurkan bagi masyarakat terdampak bencana mulai dari pakaian layak hingga perlengkapan kebersihan.
"Jika mengirim barang, bantuan seperti pakaian layak pakai, popok, makanan tahan lama, selimut, dan perlengkapan kebersihan sangat bermanfaat selama terkoordinasi dengan lembaga resmi," katanya.
Sementara dari sisi pemulihan trauma, dukungan psikososial juga dapat diberikan bagi penyintas pasca bencana.
"Untuk mendukung pemulihan trauma, bantuan paling efektif berupa dukungan pada layanan psikososial seperti penyediaan psikolog di lapangan, Psychological First Aid (PFA), ruang ramah anak, atau pendampingan profesional," jelasnya.
Selain itu, barang sederhana juga dapat membantu, terutama bagi anak-anak, seperti buku cerita, alat gambar, dan mainan edukatif.
"Riset oleh L. et al (2021) menunjukkan bahwa dukungan psikososial di sekolah dan komunitas dapat meningkatkan ketahanan dan pemulihan yang penting untuk mengurangi tekanan atau distres setelah terpapar bencana pasca bencana," pungkas Kasandra.
Baca Juga: Curhat Pengungsi di Aceh Tamiang: Menolak Bantuan Uang, Mengaku Lebih Butuh Mukena untuk Ibadah