Baca Juga: Ivar dan Struick Targetkan Raih Emas di SEA Games 2025
Pada pilar kedua, yakni transformasi layanan rujukan dengan fokus peningkatan mutu dan pelayanan rumah sakit, saat ini 29 provinsi sudah mampu melakukan bedah jantung terbuka, 29 provinsi sudah mampu melakukan clipping dan delapan provinsi sudah mampu melakukan STA-MCA Bypass pada kasus stroke.
Pada pilar ketiga, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan menunjang ketersediaan obat, vaksin, dan alat kesehatan di dalam negeri, 10 dari 14 antigen vaksin program imunisasi rutin telah mampu diproduksi dalam negeri.
Pilar keempat, yaitu transformasi pembiayaan kesehatan, 268 juta penduduk atau 98 persen telah dijangkau oleh program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tarif layanan JKN disesuaikan guna meningkatkan kualitas layanan.
Pada 2024, katanya, asuransi menyumbang 36,3 persen dari total belanja kesehatan nasional, terdiri atas 30,9 persen asuransi kesehatan sosial (JKN) dan 5,4 persen asuransi swasta.
Baca Juga: Rayakan HUT ke-35, JNE Siapkan Hadiah Utama 2 Unit Mobil Listrik, Promo Harborkir dan JLC Race 2025
Pada pilar kelima, transformasi SDM kesehatan, 61 persen puskesmas sudah memiliki sembilan jenis tenaga kesehatan sesuai standar.
Sebanyak 74 rumah sakit umum daerah (RSUD) telah dilengkapi dengan tujuh dokter spesialis dasar.
Penguatan SDM kesehatan terus berlanjut melalui sejumlah upaya, seperti pengadaan aparatur sipil negara (ASN), penugasan khusus di puskesmas dan RS, beasiswa, pendidikan dokter spesialis berbasis RS, pelatihan dan fellowship, magang, kemudahan praktik bagi tenaga medis dan tenaga kesehatan lulusan luar negeri.
Pada pilar keenam, transformasi teknologi kesehatan, sebagian besar fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) telah terintegrasi dan mengirimkan data ke SATUSEHAT.
"Pemanfaatan teknologi kesehatan berbasis AI, seperti pada X-ray dan CT-scan, mampu mendeteksi berbagai penyakit dengan cepat dan akurat, antara lain kanker paru, TB, stroke, dan lainnya," kata dia.
Baca Juga: Ngayogjazz 2025 'Jazz Diundang Mbokmu' Dihelat di Imogiri Bantul
Selain itu, pengembangan layanan kedokteran presisi melalui program Biomedical and Genome Science Initiative (BGSI) telah mencapai 17.099 atau 89,5 persen peserta.
Budi mengatakan layanan kedokteran presisi terus dikembangkan di 10 Hub BGSI, antara lain Non Invasive Prenatal Testing (NIPT), pemeriksaan risiko kanker, jantung, diabetes, kolesterol tinggi karena keturunan, deteksi TB resisten obat, penyakit langka, serta penentuan obat presisi untuk kanker, penyakit jantung, stroke, dan skizofrenia.
"Terakhir, yang tidak kalah penting, transformasi kesehatan tidak dapat diwujudkan tanpa transformasi budaya kerja para insan kesehatan --pilar transformasi ke-7," kata dia.