Hati-hati, obsesi terhadap idola bisa ganggu keseimbangan hidup, begini nasihat psikolog

photo author
- Minggu, 13 Juli 2025 | 08:00 WIB
Arsip foto - Sejumlah penggemar grup K-Pop Blackpink memadati kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebelum berlangsungnya konser di Jakarta, Sabtu (11/3/2023).  (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Arsip foto - Sejumlah penggemar grup K-Pop Blackpink memadati kawasan Stadion Utama Gelora Bung Karno sebelum berlangsungnya konser di Jakarta, Sabtu (11/3/2023). (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)



HARIAN MERAPI - Hati-hati ketika mengidolakan seseorang, entah itu artis atau tokoh publik.


Bila telah menjadi obsesi dalam mengidolakan seseorang, bisa berdampak buruk mengganggu keseimbangan hidup.


Psikolog lulusan Universitas Indonesia Teresa Indira Andani, M.Psi., Psikolog menjelaskan bahwa menjadi obsesi dalam mengidolakan seseorang bisa muncul perilaku yang mengganggu keseimbangan hidup.

Baca Juga: Peruntungan Shio Kuda besok Minggu 13 Juli 2025, soal kehidupan cintamu, sepertinya akan cukup meriah dan bahkan menegangkan!

"Dalam psikologi, ketika kekaguman berubah menjadi obsesi, bisa muncul pola perilaku yang mengganggu keseimbangan hidup atau relasi sosial," ujar Teresa, ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, pada Kamis.

Menurut psikolog yang saat ini berpraktik di Vajra Gandaria Jakarta itu tanda peringatan yang bisa menjadi refleksi bahwa dalam mengidolakan seseorang sudah berdampak negatif, seperti mengabaikan tanggung jawab pribadi demi mengikuti semua aktivitas idola.

"Merasa marah, cemburu, atau tersinggung jika idola tidak merespons ekspektasi penggemar (misalnya tidak menyapa, tidak membalas)," kata dia.

Teresa mengatakan bahwa ekspresi rasa senang saat bertemu idola merupakan hal yang sangat manusiawi. Apabila ditinjau dari sudut pandang psikologi sosial, ada yang namanya parasocial relationship yaitu hubungan satu arah yang terbentuk antara seseorang dan figur publik.

Baca Juga: Patroli balap liar, Polsek Kartasura amankan 5 sepeda motor knalpot brong

"Hubungan ini bisa terasa sangat nyata secara emosional bagi penggemar, padahal tidak bersifat timbal balik," ungkap dia.

Meski secara emosional kita merasa "kedekatan" dengan figur publik, namun penting untuk diingat bahwa mereka belum tentu mengenal kita secara pribadi. Menyadari bahwa seseorang yang diidolakan juga manusia biasa yang punya hak atas ruang dan kenyamanan pribadi.

Oleh karena itu, dalam mengekspresikan rasa kagum dilakukan secara bijak dan mengedepankan empati dengan tetap menghormati batasan, baik dalam hal interaksi fisik maupun perasaan.

Dia menyampaikan dalam bertemu seseorang, orang bisa melakukannya secara bijak seperti menyapa dengan sopan, tersenyum, atau mengungkapkan rasa kagum lewat kata-kata yang positif. Tidak memaksakan interaksi, apalagi dalam situasi yang tidak nyaman atau tidak aman bagi idola tersebut.

Baca Juga: Papua dan Sumut Tumbang, Bandung Tantang Tangerang di Final untuk Rebut Tahta Juara Piala Pertiwi 2025 All Stars

"Jika ingin meminta foto atau tanda tangan, lakukan dengan izin terlebih dahulu. Jika ditolak, kita bisa memilih untuk memahami idola kita mungkin sedang ada halangan untuk melakukan hal tersebut (lelah atau memang aturannya tidak boleh dan lain sebagainya)," ujar dia.*

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X