Begini kiat merawat anak dengan penyakit kritis

photo author
- Kamis, 3 Oktober 2024 | 10:30 WIB
Dokter Spesialis Anak Konsultan Emergensi dan Rawat Intensif Anak Yogi Prawira, Sp.A(K) (kanan) dan Psikolog Perkembangan Anak dan Kesehatan Mental Ajeng Raviando, Psi (kedua kanan) saat konferensi pers peluncuran "Make-A-Wish Indonesia" di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/10).  (Antara)
Dokter Spesialis Anak Konsultan Emergensi dan Rawat Intensif Anak Yogi Prawira, Sp.A(K) (kanan) dan Psikolog Perkembangan Anak dan Kesehatan Mental Ajeng Raviando, Psi (kedua kanan) saat konferensi pers peluncuran "Make-A-Wish Indonesia" di Main Hall Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (2/10). (Antara)



HARiAN MERAPI- Anak dengan penyakit kritis harus mendapat perhatian penuh dari orang tuanya.


Orang tua harus siap mental ketika merawat anak dengan penyakit kritis.


Demikian saran Dokter Spesialis Anak Konsultan Emergensi dan Rawat Intensif Anak Yogi Prawira, Sp.A(K) di Jakarta, Rabu.

Baca Juga: Pembiayaan Lewat Paylater Tembus Rp7,99 Triliun per Agustus 2024


Ia mengingatkan orangtua harus menyiapkan kondisi mental diri sendiri dalam merawat anak yang menderita penyakit kritis sehingga pendampingan berjalan maksimal.

Menurut dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu, banyak orangtua yang kerap melupakan kondisi mental diri sendiri dan berlama-lama berada dalam fase penyangkalan (denial) setelah mengetahui anak mereka menderita penyakit kritis dengan peluang sembuh kecil.

“Seperti pada saat kita naik pesawat, ketika terjadi perubahan tekanan oksigen di dalam kabin maka pramugari mengimbau penumpang mengenakan masker oksigen ke diri sendiri terlebih dahulu, baru kemudian membantu mengenakan masker oksigen ke anak. Pada saat orang tua memiliki anak sakit gawat dan kita awam, maka yang pertama kali ditolong diri kita sendiri dulu,” kata Yogi .

Dia juga mengingatkan orangtua untuk benar-benar memahami penyakit yang diderita anak beserta berbagai kemungkinan yang berpeluang terjadi pada masa mendatang. Ketika orangtua sudah bisa berdamai dengan diri sendiri, pendampingan dan perhatian yang penuh pun bisa diberikan kepada anak.

Baca Juga: 90 persen Nasabah Bank Mandiri Taspen loyal berkat Layanan Prima

Selanjutnya, orangtua diminta untuk memprioritaskan kondisi dan persetujuan (consent) anak apabila mereka memungkinkan untuk diajak berdiskusi. Anak dengan usia yang cukup harus terlibat dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan apa yang akan ditempuh.

“Karena kadang-kadang, ada orang tua maunya semua dikerjakan. Padahal, mungkin keinginan terakhirnya hanya ingin bisa berkumpul dengan keluarga yang sudah berbulan-bulan menemaninya. Di sini kita harus lihat skala prioritas untuk anak,” kata dia.

Dalam perawatan intensif, menurut Yogi, terkadang terjadi hal-hal yang sulit dijelaskan secara ilmiah. Ketika orang tua selalu memenuhi diri dengan energi positif, proses kesembuhan pada anak bisa saja terjadi dan begitu pula sebaliknya.

Pada kesempatan yang sama, Psikolog Perkembangan Anak dan Kesehatan Mental Ajeng Raviando, Psi membenarkan penjelasan yang dipaparkan Yogi. Ajeng menambahkan, pemupukan harapan positif sangat berdampak pada tingkat kesembuhan seorang anak yang sedang mengalami penyakit kritis.

Baca Juga: Peruntungan Shio Monyet dan Shio Ayam Kamis 3 Oktober 2024, pertahankan sikap tenang dan damai

Bahkan harapan yang semakin kuat akan membantu anak untuk termotivasi menjalani perawatan intensif hingga imunitas tubuhnya membaik meskipun sebelumnya telah dinyatakan tingkat kesembuhan cukup tipis untuk dicapai.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X