Inilah tiga hal penting untuk mencegah anak kecanduan gawai

photo author
- Jumat, 30 Agustus 2024 | 11:00 WIB
Ilustrasi - Gawai.  (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Ilustrasi - Gawai. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)



HARIAN MERAPI - Tahukah Anda cara mencegah anak kecanduan gawai ? Simak tips psikolog berikut ini.


Psikolog menyarankan agar orang tua memahami tips agar anak tidak kencanduang gawai.

Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Anrilla E M Ningdyah menyebut tiga hal penting pengasuhan digital untuk mencegah anak kecanduan gawai.

Baca Juga: BRI Terus Berinovasi, Gandeng UI Kembangkan Community Branch, UI-BRIWORK Startup Center , Siap Lahirkan Pengusaha Muda Sukses

“Kita mengelola secara cerdas, dan yang sudah terbukti keberhasilannya, salah satu konsepnya yakni pola pengasuhan digital. Itu prinsipnya tiga saja dan gampang sekali untuk diingat, yakni pahami, dukung, dan atur aktivitas anak-anak,” kata Anrilla dalam webinar kelas orang tua hebat bersama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang diikuti di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan, dalam memahami harus dimulai dari diri orang tua dengan menolak pandangan bahwa menggunakan gawai menjadi lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan dan memberikan anak gawai untuk bisa tenang atau diam.

“Orang tua perlu mengevaluasi dan memastikan penggunaan tepat teknologi digital bagi dirinya sendiri dahulu sebelum membantu anak-anak. Penggunaan yang tepat dapat menunjang kesehatan mental, dan jangan lupa fondasi kesehatan mental,” ujar dia.

Ia mengemukakan, fondasi kesehatan mental di antaranya pola tidur cukup, aktivitas fisik dengan bergerak minimal 60 menit per hari, asupan nutrisi yang cukup, memberikan dan dapatkan dukungan sosial, membuat batasan antara rumah dan kantor, serta menghindari bekerja di tempat tidur.

Baca Juga: Dua perlintasan kereta api sebidang di Kulon Progo-Sukoharjo, ini alasan Daop 6 Yogyakarta

Pola asuh digital selanjutnya yakni dukung, di mana anak-anak usia dini membutuhkan stimulasi-stimulasi langsung untuk memiliki fungsi eksekutif, yaitu proses mental dan kemampuan kognitif kompleks yang mengatur keterampilan untuk berperilaku atau mencapai tujuan.

“Pada anak pra-sekolah di antaranya fokus dan perhatian, paham dan ingat instruksi, kontrol diri, organisasi dan prioritas, serta pengaturan emosi. Fungsi eksekutif ini dapat diajarkan, dilatih, dan dikembangkan. Syaratnya adalah memberikan kesempatan dan pengalaman melalui asah, asih dan asuh,” ucapnya.

Pola terakhir yakni atur, yang terdiri atas batasi, kelola, dan arahkan.

“Waktu, durasi dan frekuensi bisa menggunakan aplikasi parental monitoring atau control, mesin akses dan isi atau konten, membuat kebijakan dan kontrak penggunaan dengan anak seperti batasan waktu menggunakan gawai sedari awal, memberi pengertian, kemudian baru memberikan fasilitas,” paparnya.

Baca Juga: Pemkab Sleman Optimalkan Kegiatan Perekonomian di Pasar Godean Usai Diresmikan Presiden Jokowi

Ia juga menyebutkan hasil studi NeuroSensum Indonesia Consumers Trend 2021: Social Media Impact on Kids, di mana 92 persen anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah cenderung mengenal media sosial lebih dini.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X