HARIAN MERAPI - Berikut ini adalah kumpulan cerita lucu dan kisah nyata, tentang pengalaman atu suka duka ternak burung kenari.
Juga cerita lucu dan kisah nyata berharap kena razia tapi ternyta polisi sepertinya cuek pada yang punya SIM.
Ada lagi cerita lucu tentang nama-nama desa. Kumpulan cerita lucu dan kisah nyata ini dikutip dari rubrik Terjadi Sungguh sungguh yang pernah tayang di Koran Merapi.
Baca Juga: Waspadai kekerasan daring pada anak, termasuk di daerah yang sulit akses internetnya
"Teman saya Mas Parno ternak burung kenari," tulis Suwarno warga Wedi, Klaten, Jawa Tengah.
Dia serius ngopeni burungnya. Tiap pagi ke pasar beli sawi putih, jagung madu, telur puyuh untuk makannya. Burung juga dijemur selama 2 jam sambil disemproti.
Menjelang malam burung dikrukup pakai sarung agar tidak kedinginan. Eee... suatu ketika lupa ngrukup, anakan burung kenari paginya mati tiga. Katanya digigit nyamuk.
Wah, rugi ratusan ribu!
Baca Juga: Begini cara melindungi kulit dari paparan sinar matahari dan polusi udara, ini saran ahli kecantikan
Sedang Reki Eko Rohdiyanto warga Bandungan Ungaran Jateng bercerita soal SIM. "Waktu belum punya SIM, jika ada razia saya selalu merasa was-was dan berusaha menghindar atau menunggu sampai razia selesai."
Sekarang saat sudah punya SIM, saya berharap ada razia karena sudah siap mental. Tapi ternyata pak polisi malah membiarkan saya lewat, bahkan terkesan cuek.
Mungkinkah pak polisi punya kekuatan batin, sehingga tahu mana yang disiplin berlalu lintas dan mana yang tidak?
Sedang G. Supena warga Mlati Sleman Yogyakarta bercerita soal nama desa. "Di samping Terminal Condong Catur Sleman ada dusun namanya Pikgondang, singkatan dari kata 'kepik gondang' hewan kecil yang dapat terbang."
Baca Juga: Meneladani Spirit Nahdlatut Tujjar untuk Kemandirian Ekonomi Indonesia
Sedang di sebelah barat stasiun TVRI Jalan Magelang, ada dusun namanya hewan lebih kecil dari kepik yang memiliki gelar bangsawan, yaitu Kutu Raden.