Sedangkan pada 2020 manggis telah disertifikasi sebanyak 197 kali dengan volume 2,4 ribu ton dengan nilai mencapai Rp 136,83 miliar yang juga diekspor ke Tiongkok.
Kemudian sepanjang 2019 tercatat 151 kali sertifikasi manggis ekspor i dengan volume 256,5 ton atau senilai Rp 14,11 miliar.
Untuk memacu ekspor komoditas asal sub sektor hortikultura ini pihaknya juga melakukan edukasi berupa informasi dan motivasi, peninjauan langsung proses di rumah kemas, alat angkut hingga pemenuhan protokol ekspor manggis melalui pemeriksaan karantina.
Dengan adanya peningkatan ekspor manggis diharapkan dapat menjadi motivasi bagi petani dan pelaku usaha pertanian.
Sehingga kesejahteraan dan pergerakan ekonomi di Sumatera Barat juga meningkat.
Pada Februari 2021 bahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga langsung melepas ekspor 14 komoditas pertanian secara asal Sumatera Barat senilai Rp298,67 miliar.
“Produk unggulan ekspor Sumbar ini beragam, mulai dari petai, jengkol, manggis, produk turunan dari kelapa dan lainnya ke 11 negara tujuan seperti Belanda, Perancis, Belgia, Hongkong, Tiongkok, Jepang, India, Bangladesh, dan sejumlah negara di Asia Tenggara.
Tak berhenti sampai di situ, Sumatera Barat kembali mengekspor sejumlah komoditas pertanian senilai Rp383,8 miliar pada periode 9-14 Agustus 2021 ke sejumlah negara di Asia, Eropa, Afrika dan Amerika Serikat melalui Pelabuhan Teluk Bayur.
Ini bukti bahwa sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tetap bisa bertahan dan mendukung perekonomian daerah di tengah pandemi," kata Gubernur Sumbar Mahyeldi.
Produk pertanian yang diekspor diantaranya kayu manis, sawit, karet, pinang, pala, gambir, biji kopi, petai cina, kecombrang, jengkol dan beberapa produk lain yang memiliki pasar cukup luas di beberapa negara.
Potensi ekspor tersebut terus ditingkatkan salah satunya dengan memperkuat hilirisasi produk pertanian di daerah sehingga yang diekspor bukan lagi komoditas mentah.
Kayu manis misalnya, kebutuhan di negara tujuan itu adalah yang sudah diolah menjadi bubuk. Demikian juga dengan karet. Kalau bisa membawa investor untuk membangun pabrik di Sumbar, nilai produknya tentu akan lebih tinggi.
Ke depan, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait akan ditugaskan untuk mulai mempersiapkan program untuk hilirisasi produk pertanian seiring dengan visi misi yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2021-2026 yang juga fokus pada sektor pertanian.
Sejalan dengan upaya meningkatkan volume ekspor, harus didukung dengan ketersediaan pelabuhan laut yang memadai. Pelabuhan Teluk Bayur cocok dengan deskripsi itu tetapi saat ini masih ada kendala yaitu ukuran crane yang kecil sehingga tidak bisa mengangkat kontainer besar.
Pelindo II diharapkan bisa mencarikan solusi hal ini sehingga ekspor produk asal Sumbar bisa berjalan dengan baik.