ekonomi

Kenapa Anak Muda Enggan Jadi Petani, Ini Alasannya

Sabtu, 7 Agustus 2021 | 21:56 WIB
Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), Said Abdullah. (Dokumentasi Pribadi)

JAKARTA, harianmerapi.com - Harapan Presiden Joko Widodo agar banyak anak muda menggeluti usaha tani, sepertinya tidak mudah. Stigma dan fakta bahwa keluarga petani yang miskin menjadi poin penting mengapa anak muda di Indonesia tidak tertarik menjadi petani.

“Dari waktu ke waktu kehidupan dan profil petani tidak berubah. Sementara di sisi lain, budaya dan modernitas makin berubah dan maju, (tetapi) dunia pertanian jalan di tempat,” kata Koordinator Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah ketika dihubungi, Jakarta, Sabtu (7/8/2021).

Menurut Said, orientasi pendidikan juga menjadi persoalan yang mendorong anak anak ke sektor non pertanian. Hal ini terjadi karena adanya pendapat bahwa di sektor lain lebih baik, sementara sektor pertanian muram.

Sebagai langkah awal pembenahan, ujar dia, perlu dipromosikan tentang sisi positif pertanian. Salah satunya dengan menampilkan sosok petani muda yang sukses di sektor pertanian. “Namun saya kira itu saja tidak cukup. Perlu upaya yang lebih sistematis dan dalam kerangka kebijakan dan program,” ungkapnya.

Selain itu, dia menyatakan pemanfaatan teknologi di sektor pertanian dapat menjadi salah satu daya tarik bagi anak muda, karena arus informasi harga dan kepastian pendapatan yang menguntungkan petani dapat menjadi lebih baik. Hal ini dinilai juga dapat mengurangi kesan kumuh tentang sektor pertanian.

Menurut Said, pemanfaatan teknologi di sektor pertanian baru saja dimulai pada tahap awal. “Kenapa? Karena struktur umur petani lebih banyak yang tua pada satu sisi, (namun) pengembang teknologi yang sesuai karakteristik petani dan kebutuhannya juga masih terbatas,” kata dia.

Koordinator Program dan Evaluasi Peneliti Muda di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Papua Adnan Albahry, menyatakan penggunaan teknologi di sektor pertanian harus dibarengi dengan keuntungan. Karena, ujarnya, tak selalu pemanfaatan teknologi dapat mendorong perkembangan anak muda berkiprah di sektor pertanian.

Pemanfaatan teknologi dikatakan sudah berjalan lumayan pesat, hanya saja belum semasif yang diharapkan. Menurut dia, kuncinya adalah kuantitas, kualitas, dan harga barang.

Jika ketiga hal tersebut berjalan secara seiringan, lanjut Adnan, maka akan diperoleh margin yang lebih menguntungkan sehingga dapat menarik minat anak muda terjun di sektor pertanian. Ia menyampaikan bahwa pihaknya sedang memperjuangkan untuk mencapai tujuan tersebut, dengan perbaikan harga dan perbaikan pasar.*

Tags

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB