ekonomi

Dongkrak Omzet Penjualan, Pelaku UMKM Pasarkan Produk Lewat Medsos

Kamis, 5 Agustus 2021 | 08:38 WIB
Christyaningsih bersama suaminya, Bambang Suryanto menunjukkan beragam produk olahan lidah buaya milik mereka. (Foto: Amin Kuntari)


PENURUNAN penjualan produk sebagai dampak dari pandemi Covid-19 disiasati para pelaku UMKM di Kulonprogo dengan berbagai cara. Salah satunya dengan memasarkan produk melalui media sosial (medsos ) guna mendongkrak omzet penjualan.


Salah satu pelaku UMKM di Kulonprogo yang terdampak pandemi Covid-19 adalah De Cends Aloevera di Dusun Pendem, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Pengasih, Kulonprogo. Industri pengolahan lidah buaya ini tak hanya mengalami penurunan penjualan, namun juga terpaksa menutup beberapa outlet akibat sepi pembeli selama pandemi.


"Bahkan, kami sempat beberapa hari tidak produksi," kata pemilik De Cends Aloevera, Christyaningsih (41), saat disambangi wartawan di rumah produksinya, Rabu (4/8/2021).


Padahal menurut Christyaningsih, usaha yang dimulainya sejak September 2019 itu sempat naik daun. Sebab, olahan lidah buaya berupa cendol miliknya begitu disukai kalangan mahasiswa. Sejumlah outlet pun kemudian didirikan demi memenuhi permintaan para pelanggan.

Baca Juga: Daun Waru Bantu Atasi Muntah Darah dan Batuk Berdahak


"Saat itu, omset kami sekitar Rp 6 juta. Untuk kebutuhan cendol saja, kami olah satu kilogram lidah buaya. Belum produk yang lain," ucapnya.


Tak hanya cendol, Christyaningsih juga membuat beragam olahan lidah buaya yang lain. Di antaranya minuman segar sari aloevera, teh kulit dan teh bunga aloevera, lumpia aloevera serta yang paling laris adalah camilan stik aloevera dicampur daun kelor.


Usaha tersebut didirikan Christyaningsih bersama suami, Bambang Suryanto (41) setelah melihat banyaknya petani lidah buaya yang kesulitan memasarkan hasil panen. Padahal, khasiat lidah buaya bagi kesehatan sangat lah banyak.

Salah satunya bisa mengatasi asam lambung. Ia kemudian berinisiatif untuk membuat aneka olahan dari tanaman berkhasiat tersebut.
"Untuk camilan stik, saya padukan dengan daun kelor agar lebih kaya vitamin," ungkapnya.

Baca Juga: Asyiknya Memelihara Gecko, Sayang Belum Bisa Dikonteskan Karena Pandemi


Gayung bersambut, beragam produk yang dibuat Christyaningsih begitu diminati masyarakat. Christyaningsih bahkan sempat kewalahan. Ia kemudian memperkerjakan dua karyawan untuk membantu proses produksi.

Selain dipasarkan melalui outlet, produk olahan lidah buaya itu juga dipasarkan melalui supermarket, toko oleh-oleh bahkan bandara internasional di Kulonprogo yakni YIA.
Namun sayang, kondisi itu tidak berlangsung lama.

Pandemi Covid-19 yang melanda memukul telak usahanya. Produk olahan lidah buaya milik Christyaningsih akhirnya sepi pembeli.


"Setelah menutup outlet dan berhenti produksi, kini saya mulai bangkit. Produksi olahan lidah buaya kembali berjalan, namun berbeda pemasaran. Sekarang saya lebih gencar memasarkan produk melalui medsos," imbuhnya.

Halaman:

Tags

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB