ekonomi

Ekspor-Investasi Jadi Mesin Utama, Bank Indonesia Targetkan Ekonomi RI Tumbuh 5,1 Persen di 2025

Kamis, 21 Agustus 2025 | 20:00 WIB
Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan 5,1 persen ekonomi RI. (Unsplash.com/AiniRahmadini)

HARIAN MERAPI - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan terkait pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025.

Gubernur BI, Perry Warjiyo menuturkan perekonomian RI diperkirakan bisa berada di kisaran 4,6 persen hingga 5,4 persen secara tahunan atau year on year (YoY). Bahkan, capaian pertumbuhan diyakini mampu menembus angka di atas 5,1 persen.

Perry menjelaskan, proyeksi tersebut diputuskan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 19-20 Agustus 2025. Menurutnya, tren ekonomi nasional pada semester kedua tahun ini akan semakin baik, seiring dengan capaian positif di kuartal II 2025.

Baca Juga: Inilah harta kekayaan Wamenaker Immanuel Ebenezer yang terjaring OTT KPK

Pada kuartal II 2025, ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,12 persen YoY. Angka ini melebihi ekspektasi sebagian besar pelaku pasar maupun analis.

Pertumbuhan yang lebih tinggi dari kuartal I 2025 yang hanya 4,87 persen ini menjadi sinyal pemulihan yang kuat.

“Dengan kondisi ini, kami melihat pertumbuhan bisa di sekitar 5,1% atau bahkan lebih tinggi. Karena itu, sinergi antara kebijakan pemerintah dan BI harus terus diperkuat,” ujar Perry dalam konferensi pers daring RDG BI di Jakarta, pada Rabu, 20 Agustus 2025.

Gubernur BI juga menegaskan, bauran kebijakan menjadi kunci dalam menjaga momentum ekonomi. Kebijakan itu meliputi penurunan suku bunga acuan, ekspansi likuiditas, insentif makroprudensial, serta percepatan digitalisasi sektor keuangan.

Baca Juga: Jadi Bagian Penting Transformasi, Ini Strategi BRI Pertahankan Kualitas Portofolio Melalui Penguatan Manajemen Risiko

Perry menambahkan, ada beberapa faktor utama yang diperkirakan menopang pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2025. Faktor tersebut antara lain kinerja ekspor yang tetap solid, belanja pemerintah yang kembali pulih, serta investasi yang meningkat.

Dari sisi ekspor, kondisi global memberikan peluang tambahan. Amerika Serikat menurunkan tarif impor dari 32 persen menjadi 19 persen, sehingga membuka ruang lebih besar bagi produk Indonesia untuk masuk ke pasar internasional.

“Ekspor pertambangan, kelapa sawit, serta produk pertanian dan perikanan diprediksi akan terus tumbuh,” jelas Perry.

Baca Juga: Harga beras turun di 13 provinsi, angin segar bagi masyarakat di tengah tantangan ekonomi

Gubernur BI menyebut, ekspor pada sektor-sektor itu menjadi salah satu motor penggerak utama dalam menjaga neraca perdagangan tetap positif.

Halaman:

Tags

Terkini

INSTAR Beri Pengakuan atas Praktik Keberlanjutan IFG

Selasa, 16 Desember 2025 | 18:40 WIB