Penolakan pemanggilan pemain untuk ikuti pemusatan latihan menjadi polemik, sebenarnya ini tanggung jawab siap

photo author
- Kamis, 17 Agustus 2023 | 18:55 WIB
Arsip. Para pemain Timnas U23 Indonesia saat berlatih jelang laga perdana Piala AFF U23 Indonesia vs Malaysia (pssi.org)
Arsip. Para pemain Timnas U23 Indonesia saat berlatih jelang laga perdana Piala AFF U23 Indonesia vs Malaysia (pssi.org)

HARIAN MERAPI - PSSI telah melakukan pemanggilan para pemain untuk mengikuti pemusatan latihan di Jakarta, namun dua klub Liga 1 yakni Persija Jakarta dan PSM Makassar keberatan melepas pemain-pemainnya.

Penolakan klub untuk melepas pemainnya menjadi polemik karena paran pemain tersebut dipanggil ke timnas U-23 yang dipersiapkan untuk mengikuti Piala AFF U-23.

Sampai timnas berangkat ke Thailand untuk mengikuti kompetisi, bek Persija Rizky Ridho dan pemain sayap PSM Dzaky Asraf tidak dilepas klub masing-masing.

Baca Juga: Begini cara unik warga Banyuanyar Solo menggelar upacara HUT ke-78 Kemerdekaan RI

Para pelatih klub keberatan melepas kedua pemain itu, karena selain Piala AFF U-23 bukan turnamen resmi FIFA, tenaga keduanya juga masih sangat dibutuhkan untuk mengarungi kompetisi Liga 1 yang tengah bergulir.

Terkait dengan itu, pengamat sepak bola Effendi Gazali menilai urusan tim nasional sepak bola di semua kelompok umur merupakan tanggung jawab semua pihak.

Effendi pun menilai bahwa semua pemangku kepentingan sepak bola harus menyadari tanggung jawab serta kewajiban masing-masing.

Baca Juga: Ganjar Pranowo pimpin upacara HUT ke-78 RI di Semarang, ini amanatnya kepada masyarakat

"Jangan hanya pelatih asing yang ditekan. Semua pihak perlu merenung kenapa terjadi fenomena ini? Pertama, tentu sumber-sumber pemain timnas harus dari semua level liga. Maka bukan hanya liga 1 yang harus maju! Semua level liga harus diperlakukan adil dan didukung," kata Effendi melalui pernyataan tertulis yang diterima pewarta, Kamis (17/8/2023).

Effendi juga menyoroti fakta bahwa sejumlah pertandingan internasional kerap bertabrakan jadwalnya dengan agenda klub di kompetisi dalam negeri. Masalah seperti ini, kata Effendi, semestinya dapat didiskusikan dengan serius.

"Di Asean kan ada turnamen AFF, Sea Games, Champion Asia, Piala Asia, Piala Dunia, dan babak penyisihan-penyisihannya dsb. Ya sedapat mungkin disesuaikan agar jangan juga terus-menerus ada turnamen yang di sisi lain bisa merugikan klub. Para pelatih kan dituntut mencapai target prestasi tertentu. Bisa juga ada kegiatan Asia Tenggara yang formatnya disesuaikan menjadi rangkaian beberapa pertandingan, di sela-sela jeda internasional, lalu ada finalnya"," ujarnya.

Baca Juga: Tahun politik, para elite perlu perlu beri contoh budi pekerti luhur ke masyarakat, ini analisa pengamat

Perihal wacana peraturan yang mewajibkan klub untuk melepas pemainnya ke timnas, Effendi cukup mendukung dengan pertimbangan kebutuhan jam terbang internasional bagi para pemain timnas.

"Pada tataran mikro, akan menyakitkan juga melihat Vietnam dan tuan rumah Thailand di AFF U-23 tahun ini misalnya, barangkali akan sedikit mudah balas dendam kekalahannya di SEA Games, hanya karena absennya banyak pemain timnas yang tidak dilepas para pelatih," pungkasnya.(*)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Widyo Suprayogi

Sumber: Antara

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Aston Villa Bantai Manchester United 2-1

Senin, 22 Desember 2025 | 06:00 WIB

Malaysia Jadi Tuan Rumah SEA Games 2027

Minggu, 21 Desember 2025 | 12:30 WIB

Luis Suarez Berseragam Inter Miami hingga 2026

Kamis, 18 Desember 2025 | 07:00 WIB
X