HARIAN MERAPI - Klub divisi kedua Liga Spanyol, Elche, melarang penjualan dan konsumsi kuaci di kandang mereka, Stadion Manuel Martinez Valero.
"Elche Club de Futbol telah memutuskan untuk melarang penjualan dan konsumsi kuaci di seluruh area stadion Martínez Valero mulai dari pertandingan berikutnya melawan Levante UD. Langkah ini diambil demi melindungi fasilitas stadion, menjaga kebersihan, serta memperkuat komitmen klub terhadap keberlanjutan dan kepedulian terhadap lingkungan,” demikian pernyataan Elche di laman resminya dikutip ANTARA pada Jumat.
Baca Juga: Hasil Leg Pertama Semifinal Liga Champions, Barcelona vs Inter Milan Berakhir Imbang 3-3
“Keputusan ini bukan dimaksudkan untuk menghukum para penggemar, melainkan untuk menjaga ruang bersama ini dalam kondisi terbaik. Elche CF, yang tengah menjalani proses peningkatan menyeluruh terhadap stadionnya, mengajak semua pihak untuk bertanggung jawab demi menjaga Martinez Valero sebagai contoh ketertiban, rasa hormat, kebersihan, dan kebanggaan Franjiverde,” lanjutnya.
Kuaci, yang dikenal dengan nama pipas di Spanyol, merupakan camilan populer di negara tersebut. Secara tradisional, kuaci dikonsumsi oleh para penggemar saat menyaksikan pertandingan sepak bola.
Baca Juga: Carlo Ancelotti akan Tinggalkan Real Madrid untuk Melatih Timnas Brasil
Masalah kemudian muncul karena kulit kuaci kerap dibuang sembarangan ke lantai stadion. Sampah kulit-kulit kuaci kemudian menyumbat saluran pembuangan, merusak kursi penonton, serta membuat klub harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk urusan kebersihan karena menarik hama seperti tikus dan burung merpati.
Pihak klub juga menyebut bahwa penumpukan biji di lantai menyebabkan erosi beton dan penumpukan kotoran di area yang sulit dijangkau.
Baca Juga: Erick Thohir Minta Publik Jangan Merisak Perjuangan Timnas Indonesia U-17
Elche saat ini memuncaki klasemen sementara divisi kedua Liga Spanyol dengan koleksi 68 poin. Divisi kedua Liga Spanyol masih menyisakan lima pertandingan lagi, dan Elche berpeluang besar promosi ke strata tertinggi setelah dipaksa turun kasta karena masalah administrasi pada musim 2014/2015. *