lifestyle

Tahukah Anda, bernapas lewat mulut dapat pengaruhi pertumbuhan gigi anak, begini penjelasannya

Selasa, 2 September 2025 | 10:30 WIB
Ilustrasi - Petugas medis memeriksa gigi dan mulut anak-anak dalam penapisan atau skrining kesehatan di TK Islam Al Ikhlas, Malang, Jawa Timur, Senin (29/4/2024). (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)



HARIAN MERAPI - Adakah dampak buruk bernapas lewat mulut bagi kesehatan ?


Menurut dokter gigi, bernapas lewat mulut dapat pengaruhi pertumbuhan gigi dan wajah anak ? Kok bisa ? Begini penjelasannya.


Kebiasaan bernapas lewat mulut yang kerap dianggap sepele ternyata dapat berdampak jangka panjang pada kesehatan gigi dan perkembangan wajah, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Baca Juga: Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Dokter gigi spesialis ortodontis, drg. Fauzia Adhiwidyanti, Sp.Ort. dari Bethsaida Hospital Dental Center dalam keterangannya pada Senin menjelaskan bahwa bernapas melalui mulut biasanya terjadi ketika aliran udara melalui hidung berkurang akibat gangguan pernapasan.

“Kebiasaan ini bisa berlangsung tanpa disadari. Jika terjadi terus-menerus, risikonya antara lain kelainan posisi gigi dan rahang,” kata dia.

Beberapa kondisi yang memicu anak bernapas lewat mulut antara lain alergi, sinusitis, pilek berkepanjangan, hingga pembesaran amandel yang menyumbat saluran pernapasan. Selain itu, bentuk rongga hidung yang sempit juga dapat menjadi penyebab.

Menurut Fauzia, dampak yang mungkin muncul meliputi lengkung gigi atas menyempit, gigi maju, gigitan terbalik di bagian belakang, hingga gigitan terbuka di depan yang menyulitkan aktivitas mengunyah.

Baca Juga: Ramalan zodiak cinta dan karir Capricorn besok Rabu 3 September 2025, loyalitas menjadi penting dalam dinamika yang lebih terbatas

Selain masalah gigi, mulut kering akibat berkurangnya produksi air liur juga meningkatkan risiko gigi berlubang dan penyakit gusi.

“Dalam jangka panjang, kebiasaan bernapas lewat mulut pada anak bisa memengaruhi bentuk wajah, salah satunya memanjangkan sepertiga bawah wajah yang dikenal dengan istilah long face,” jelasnya.

Tanda-tanda yang dapat dikenali pada anak antara lain tidur dengan mulut terbuka, mendengkur, wajah tampak memanjang, hingga suara sengau ketika berbicara. Fauzia menekankan pentingnya deteksi dini agar pertumbuhan gigi dan wajah tetap optimal.

Penanganan biasanya melibatkan perawatan ortodontik untuk memperbaiki posisi gigi, terapi kebiasaan melalui latihan pernapasan, serta kolaborasi dengan dokter THT atau spesialis lain bila ada gangguan medis yang mendasari.

Baca Juga: Marak Demonstrasi, Pemkot Yogyakarta Tetapkan Pembelajaran Daring Selama Dua Hari

“Dengan penanganan sejak dini, bukan hanya fungsi gigi yang membaik, tetapi juga kualitas tidur, bentuk wajah, serta kesehatan mulut secara keseluruhan,” ujar Fauzia.*

Halaman:

Tags

Terkini