lifestyle

Stafsus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif Yovie Widianto menilai AI tak bisa gantikan manusia, ini alasannya

Senin, 12 Mei 2025 | 12:30 WIB
Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif Yovie Widianto saat menyampaikan sambutannya dalam acara Telkomsel NextDev Summit ke-10 di Jakarta, Kamis (8/5/2025). (ANTARA/Farhan Arda Nugraha)



HARIAN MERAPI - Kecerdasan buatan atau AI kini telah digunakan di berbagai sektor.


Sebagian masyarakat berpendapat AI akan menggeser peran manusia.


Namun tidak demikian pendapat Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Kreatif Yovie Widianto.

Baca Juga: Menangi Laga El Clasico 4-3, Barcelona di Ambang Juara Liga Spanyol


Ia menilai bahwa kecanggihan teknologi kecerdasan buatan (AI) tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan perasaan dan pemikiran manusia dalam menciptakan sebuah karya.

"Sepengalaman saya, kekuatan hati, kekuatan pemikiran, idealisme kita tetap menjadi integritas kita dalam berkarya dan itu yang membuat kita menjadi otentik dibanding yang lain," kata Yovie dalam sambutannya di acara Telkomsel NextDev Summit ke-10 di Jakarta, baru-baru ini.

Menurut dia AI bisa diposisikan sebagai mitra dan alat bantu dalam proses kreatif, bukan sebagai pengganti manusia. Kreativitas manusia yang digabungkan dengan pemanfaatan teknologi dapat menghasilkan karya berkualitas namun tetap otentik.

Baca Juga: Warga Resah Resto Cafe VIP Diduga Jual Minuman Beralkohol, Walikota Salatiga Turun Tangan

“Jadi, gunakan AI dan teknologi itu sebagai partner kita. Sesuatu yang kadang-kadang bisa jadi tidak sempurna, sesuatu yang kadang-kadang tidak presisi dan dibantu oleh AI, menjadi kombinasi yang luar biasa.,” ujarnya.

Terkait pemanfaatan teknologi, Yovie membagikan pengalamannya yang telah menekuni dunia musik selama hampir empat dekade, yang pernah menjalani proses rekaman secara analog.

Ia menjelaskan masa-masa awal karirnya ketika proses perekaman masih menggunakan pita kaset tebal dengan jumlah track terbatas hingga akhirnya kini semuanya bisa dilakukan secara digital.

Namun, Yovie juga menekankan pentingnya regulasi dan perlindungan hak kekayaan intelektual untuk mencegah pelanggaran hak cipta karena pemanfaatan AI. Ia mendorong adanya pencatatan jejak dari sebuah karya agar hak ekonomi para penciptanya tetap terlindungi.

Baca Juga: Tanggapi Kasus Mbah Tupon, Menteri Nusron Belum Simpulkan Ada Mafia Tanah

"Tinggal bagaimana kita punya posisi tawar untuk menilai kreativitasnya menjadi lebih baik. Nah, ini perlu kerja sama internasional dari berbagai negara," ucapnya.

Yovie mencontohkan kebijakan di Korea Selatan yang tidak memberikan hak cipta pada lagu yang diciptakan oleh AI. Ia menyebut regulasi seperti itu sebagai bentuk negara menghargai karya karya yang diciptakan oleh kreativitas manusia.

Halaman:

Tags

Terkini