lifestyle

Begini teknik yang efektif untuk mengendalikan emosi

Kamis, 9 Mei 2024 | 13:00 WIB
Ilustrasi tindak emosional (ANTARA/teabhaji.blogspot.com)


HARIAN MERAPI - Psikiater membagikana teknik yang efektif untuk mengendalikan emosi seseorang.


Teknik untuk mengendalikan emosi yang dinilai cukup efektif adalah distraksi. Apa itu distraksi ?


Menurut psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr. Gina Anindyajati, SpKJ teknik distraksi dapat dimanfaatkan seseorang untuk mengendalikan emosi agar tidak membahayakan diri sendiri maupun orang lain.

Baca Juga: Kasus motor hilang saat dikirim lewat jasa ekspedisi, ternyata barangnya ada di sini

"Kita bisa memakai teknik distraksi untuk menurunkan intensitas emosinya, setelah itu baru berpikir mengenai tindak lanjut yang proporsional sesuai masalah yang dihadapi," kata Gina ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.

Gina menjelaskan orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat merasakan emosinya dan merespon emosinya dengan tepat.

Oleh karena itu, setiap orang perlu belajar meregulasi emosinya agar tidak merugikan diri sendiri dan orang lain.

Baca Juga: Seorang kakek di Garut dibunuh, polisi masih buru pelaku, ini kronologinya  

Ia menyampaikan, teknik distraksi yang sering dilakukan misalnya mengganti atau mengalihkan dorongan untuk merilis emosi menggunakan cara yang lebih tidak berbahaya.

Ketika seseorang mengalihkan keinginan, maka emosi disalurkan dengan cara yang lebih adaptif seperti mendengarkan musik, bermain dengan hewan peliharaan, berjalan kaki, berolahraga, memasak, dan lain-lain.

Setelah melakukan aktivitas ini, diharapkan seseorang akan lebih rileks dan bisa mengolah perasaannya dengan lebih jernih.

Selain itu, terdapat cara lainnya, yaitu melalui reinforcing, di mana seseorang melakukan hal yang berlawanan dengan dorongan yang dirasakan.

Baca Juga: Kejar Tiket Tersisa Olimpiade Paris 2024, Shin Tae-yong Cemaskan Lini Belakang Timnas U-23

Misalnya saat merasa marah, seseorang yang sangat ingin untuk menghampiri objek kemarahannya saat itu juga, harus memaksa diri untuk menunda.

"Contohnya, tunggu sepuluh menit baru boleh menghampiri. Dengan demikian diharapkan ada kesempatan bagi individu untuk berpikir terlebih dahulu," ujarnya.

Halaman:

Tags

Terkini