HARIAN MERAPI - Apa yang harus diperhatikan penderita maag dan gerd saat berbuka puasa Ramadhan ?
Bagi penderita maag dan gerd harus memperhatikan makanan dan minuman yang dikonsumsi, baik saat buka maupun sahur.
Hal tersebut diingatkan Medical Senior Manager Kalbe Consumer Health, dr. Helmin Agustina Silalahi dalam acara "Gerakan Ramadan Tanpa Dramaag" yang digelar di Aula Bung Hatta, Kampus Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis.
Baca Juga: Pemkab Sukoharjo gelar Festival Kampung Ramadhan 2024, ini tujuannya
"Tentu diperbolehkan puasa, namun perlu diperhatikan juga mengenai makanan dan minuman yang dikonsumsi saat waktu sahur dan berbuka puasa," katanya.
Dia mengatakan bahwa para penderita maag dan gerd harus tetap mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, protein, serat, vitamin dan memperbanyak minum air putih.
Selain itu, Helmin juga berpesan untuk menghindari makanan yang mengandung pedas dan berbumbu kental, seperti gulai dan makanan bersantan. Sedangkan untuk minuman agar menjauhkan minuman yang mengandung alkohol dan kafein.
"Kalau makanan dan minuman yang dijauhkan itu tetap dikonsumsi akan memungkinkan memancing kandungan asam dan menimbulkan penyakit maag dan gerdnya," ujarnya.
Baca Juga: Pantauan Dishub Sukoharjo, awal Ramadan harga tiket bus mudik Lebaran mulai naik
GM Marketing Kalbe Consumer Health, Irwan Wijaya menuturkan dalam kegiatan "Gerakan Ramadhan Tanpa Dramaag" itu, pihaknya menghadirkan diskusi interaktif yang diikuti oleh ratusan mahasiswa.
"Kami memberikan informasi dan mengedukasi kalangan Gen-Z tentang sakit maag dan gerd dan bagaimana pencegahan dan pengobatannya agar puasanya lancar dan nyaman," ujarnya.
Hal itu mengingat penderita penyakit tersebut meningkat hingga 14 persen dalam satu tahun terakhir (survei NeuroSensum).
Faktor penyakit tersebut didominasi makan tidak teratur, makan makanan berminyak, berlemak, pedas, kopi berlebih hingga gangguan kecemasan atau depresi.
Baca Juga: Terjerat judi online, Polres Sukoharjo tangkap pelaku curanmor Polokarto
Penyakit ini meningkat drastis dari 22 persen ke 36 persen di kategori usia 17-24 tahun atau kalangan mahasiswa dan "first jobber".
Karena itu, pihaknya melakukan edukasi kepada Generasi Z di kampus-kampus di lima kota besar di tanah air, yakni Jakarta (UNJ), Yogyakarta, Bandung, Lampung dan Makassar.*