Jangan sepelekan batuk rejan, karena bisa berakibat fatal seperti ini

photo author
- Jumat, 3 Januari 2025 | 12:00 WIB
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang dr. Dini Anggraeni.  (ANTARA/HO-Dinkes Kota Tangerang)
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang dr. Dini Anggraeni. (ANTARA/HO-Dinkes Kota Tangerang)



HARIAN MERAPI - Masyarakat diimbau tidak menyepelekan batuk rejan. Sebab, bila tidak ditangani secara cepat bisa berakibat fatal, bahkan kematian.


Hal tersebut diingatkan Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Banten, dr. Dini Anggraeni, di Tangerang, Jumat.


Ia mengungkapkan penyakit pertusis atau batuk rejan yang menyerang anak-anak jika tidak ditangani dengan cepat bisa menyebabkan kematian.

Baca Juga: 4 tasyakuran digelar berurutan di Senuko Godean Sleman awal 2025, konsumsi acaranya olahan daging domba

"Pertusis bisa dialami oleh anak-anak dan orang tua harus waspada dengan adanya batuk tersebut. Sebab pertusis bisa menyebabkan kematian pada anak," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang dr. Dini Anggraeni, di Tangerang.

Ia mengatakan penyakit pertusis atau batuk rejan merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella Pertussis. Penyakit ini ditandai dengan batuk yang diiringi dengan suara tarikan napas tinggi yang khas dan berkepanjangan.

Adapun gejalanya ialah hidung tersumbat, pilek, bersin, mata merah dan demam. Biasanya definisi operasional suspek pertusis ialah orang dengan batuk terus menerus yang berlangsung minimal selama dua minggu dengan ditemukan batuk rejan saat napas dalam, muntah setelah batuk, atau muntah tanpa ada penyebab yang jelas.

Baca Juga: Omah Glugu, Solusi Digital untuk Pencatatan Transaksi Usaha Masyarakat

Ia menuturkan bila tidak ditangani, batuk rejan bisa menyebabkan komplikasi terutama pada bayi dan anak-anak di bawah usia dua tahun.

Beberapa komplikasi yang bisa muncul antara lain dehidrasi, kesulitan bernapas, penurunan berat badan, pneumonia (infeksi paru-paru), kejang, gangguan ginjal, dan kurangnya pasokan oksigen ke otak.

Sejumlah hal yang bisa dilakukan untuk pencegahan di antaranya menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan protokol kesehatan serta memberikan imunisasi DPT-HB-Hib lengkap sesuai jadwal pada bayi dan anak bawah dua tahun.

Baca Juga: Merger Garuda Indonesia-Pelita Masuk Peta Jalan 6 Bulan

"Jika ada anak atau warga yang memiliki keluhan batuk dengan karakteristik pertusis, mohon agar dapat diinfokan ke puskesmas terdekat untuk mendapat penanganan dan pengobatan yang intensif,” katanya.*

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Hudono

Sumber: ANTARA

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X