HARIAN MERAPI - Guna mencegah penyakit tidak menular, perlu dilakukan deteksi dini obesitas.
Deteksi dini obesitas ini dilakukan antara lain dengan rutin menimbang berat badan, mengukur tinggi badan serta memperhatikan asupan garam, gula dan lemak.
Hal itu diingatkan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Dr. Eva Susanti S.Kp M.Kes dalam acara diskusi tentang obesitas di Jakarta, Senin.
Baca Juga: Hadapi Ramadhan-Lebaran, Bapanas siapkan cadangan untuk 12 komoditas pangan
Ia menyampaikan pentingnya deteksi dini obesitas dalam upaya untuk cegah risiko penyakit tidak menular.
Menurutnya, deteksi dini obesitas bisa dilakukan dengan rutin menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, serta memperhatikan konsumsi gula, garam, dan lemak.
Eva mengatakan bahwa indeks massa tubuh (IMT) yang dihitung dengan membagi berat badan dengan tinggi badan bisa digunakan untuk mendeteksi obesitas.
Menurut informasi yang disiarkan di laman resmi Kementerian Kesehatan, IMT orang Indonesia normalnya 18,25 sampai 25.
Orang dengan IMT 25,1 sampai 27,0 masuk kategori kelebihan berat badan tingkat ringan dan orang dengan IMT lebih dari 27 dikategorikan mengalami kelebihan berat badan tingkat berat.
Baca Juga: Catat, Kemendag pastikan harga Minyakita tak naik hingga Lebaran 2024
Eva mengatakan bahwa ukuran lingkar perut sebaiknya juga diukur secara berkala. Menurut dia, ukuran lingkar perut normalnya 80 cm pada perempuan dan 90 cm pada pria.
Ia menjelaskan bahwa deteksi dini obesitas sangat penting karena obesitas bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
"Dampak obesitas ini bisa klinis, psikologis, dan menjadi masalah ekonomi. Obesitas bisa menjadi diabetes tipe 2, dislipidemia, LDL tinggi, bisa terjadi kanker, mood disorder, heart disease, hipertensi...," katanya.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan, angka kasus obesitas di Indonesia meningkat dari 10,5 persen pada 2007 menjadi 21,8 persen pada 2018.