Harianmerapi.com – Pentas Seni Kalurahan ‘Selasa Wagen’ berlangsung semarak dari siang sampai malam di komplek Monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret, Selasa (12/07/2022).
Saat di panggung berbagai kelompok seni dari kalurahan-kalurahan asal Jogja pentas bergantian, di utara panggung stand-stand aneka produk UMKM pun masih buka sampai kegiatan pentas seni tersebut berakhir.
Adapun sebagai penutup Pentas Seni Kalurahan Selasa Wagen yang diinisiasi Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, yakni Reog Sri Kuncoro asal Sidoluhur Godean Sleman.
Baca Juga: Berbagi Kebahagiaan, JNE dan TIKI Salurkan 4.000 Daging Hewan Kurban
“Penampilan seni reog Sri Kuncoro bagus, penonton banyak memberi tepuk tangan. Semoga bisa terus dijaga kelestariannya seni reog klasik tersebut,” papar Kepala Seksi Lembaga Budaya Dinas Kebudayaan DIY, Dra Endang Widuri.
Ditemui menjelang berakhirnya pentas seni tersebut, Dra Endang mengungkapkan, reog klasik sudah semakin langka ditemukan. Jika ada keinginan, misalnya tambahan kreasi seperti menggunakan kostum dan aksesoris dengan warna-warna ‘ngejreng’ boleh-boleh saja.
“Kalau berapa lama tampil atau berapa babak dapat disesuaikan dengan waktu yang disediakan panitia,” paparnya.
Ketika pentas seni tersebut berakhir, sebagian pemain reog Sri Kuncoro, panitia acara, tenaga pendamping kalurahan budaya dan aparatur Kalurahan Sidoluhur foto bersama. Bahkan sejumlah turis/wisatawan mancanegara ikut bergabung dan ada yang meminjam pedang milik Sri Kuncoro.
Pengurus Sri Kuncoro, Jiman merasa bersyukur pentas seni tersebut berlangsung lancar. Segenap penonton sangat antusias mengikuti acara sampai selesai, bahkan banyak yang kompak memberikan aplaus tepuk tangan.
“Jumlah pemain dan pemusik reog Sri Kuncoro yang tampil dalam kesempatan ini totalnya ada 29 orang. Garis besar ceritanya, Panji Asmara Bangun berkelana ke hutan dan berlatih perang dengan para prajuritnya,” papar Jiman.
Baca Juga: Ragam Acara Ulang Tahun ke-5, Grand Ambarrukmo Jogja Usung Tema FIVEbulous
Sesepuh Sri Kuncoro, Tukidi menambahkan, prajurit dalam seni reog tersebut ada empat, yaitu prajurit pedang, kuda, tombak dan rontek. Sedangkan tahapan pentas dengan tari-tarian khas, misalnya ada daeng, andul, ngidak kecik, perang pedang bawahan/panggulan, bancak-doyok, lincek-lincek dan lumbungan.
Sementara itu menurut Lurah Sidoluhur, Hernawan Zudanto SE, reog klasik yang masih bisa dilestarikan di Sidoluhur, yakni berasal dari Padukuhan Krajan. Pihak pemerintah Sidoluhur bersama tim Budaya Sidoluhur dengan ketuanya Baskoro akan berusaha menjaga lestarinya kesenian tradisional seperti reog, hadrah, macapat dan lainnya.
Artikel Terkait
Pertama Pasca Pandemi, Lomba Seni Suara Burung Perkutut KGPAA Paku Alam Cup VIII Digelar di Alun alun Selatan
Pentas Seni Daring Desa Budaya Tampilkan 11 Desa dan Kalurahan Budaya di DIY
Ganjar Eksis Jaga Seni Budaya, Ribuan Srikandi DIY Tergugah Gelar Panggung Kebudayaan
Gandeng Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Bakor PKP Wujudkan Desa Wisata Budaya di Kulon Progo
Fakta-fakta Sosok Go Yoon Jung, Merangkak dari Bawah dan Mencintai Profesi Seni Peran