HARIAN MERAPI - Lembaga think-tank yang bergerak di bidang energi dan lingkungan Institute for Essential Services Reform (IESR) memandang fenomena krisis iklim mulai terlihat nyata di mana Indonesia yang seharusnya musim kemarau tetapi hujan dan sebaliknya.
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menuturkan fenomena krisis iklim terjadi juga di belahan bumi lain pada pertengahan tahun ini, seperti gelombang panas di India dan Pakistan, kemudian Eropa dan Amerika Serikat.
"Tapi juga waktu yang tidak terlalu lama Pakistan mengalami hujan deras yang menyebabkan sepertiga dari negara itu terendam banjir selama berminggu-minggu dan dampaknya sangat luar biasa," ujarnya dalam rilis laporan Climate Transparency Report 2022 yang dipantau di Jakarta, Rabu (9/11/2022).
Baca Juga: Hari Pahlawan 10 November, Abdi Dalem Kraton Jogja akan gelar Pentas Musikan Mandalasana
Fabby mengatakan berbagai fenomena itu adalah sekelumit dari manifestasi krisis iklim yang dihadapi oleh manusia. Kondisi itu disebabkan karena kenaikan temperatur global yang baru mencapai 1,1 derajat.
Apabila negara-negara di seluruh dunia tidak melakukan upaya serius untuk mengatasi masalah itu, maka temperatur planet bumi akan naik jauh lebih tinggi.
"Kabar yang baik adalah negara-negara sudah mulai memahami konsekuensi dari krisis iklim. Oleh karena itu di COP26 yang lalu, sebelum COP26 dan setelah COP26, banyak negara yang menyampaikan aksi target penurunan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi, termasuk Indonesia yang baru saja meluncurkan NDC," kata Fabby.
Baca Juga: Pengalaman misteri Surti yang gelisah menunggu suaminya pulang dari bekerja di Cilacap
Pada September 2022, Pemerintah Indonesia telah menyerahkan enhanced Nationally Determined Contribution (NDC) dengan meningkatkan pengurangan emisi dari sebelumnya 29 persen menjadi 31,89 persen dengan bantuan sendiri dan dari 41 persen menjadi 43,20 persen dengan dukungan internasional.
"Kalau dilihat walaupun ada kenaikan komitmen atau mungkin lebih kepada janji untuk menurunkan emisi gas rumah kaca yang lebih tinggi, saat ini kita masih mengarah kepada kalau seluruh target NDC yang ada itu tercapai kita masih mengarah pada target 2,5 derajat kenaikan temperatur," terangnya.
Artikel Terkait
Wapres Ma'ruf Amin Minta Pelaku Industri Kontribusi Atasi Perubahan Iklim
Waspada Bencana Hidrometeorologi Terus Berlanjut Gegara Perubahan Iklim, Ini Penjelasan BMKG
Menyelamatkan Bumi dan Perubahan Iklim dengan Persatuan dan Gotong Royong
Warga Temanggung Sudah Merasakan Dampak Perubahan Iklim: Masa Tanam Tembakau Mundur Gara-gara Ini
Akibat Perubahan Iklim, Penurunan Produksi Cabai Mencapai 30 Persen