harianmerapi.com - Situasi makin menegangkan ketika prajurit-prajurit Mataram di Japan sudah siap perang. Mereka mulai berhadap dengan para prajurit dari Bang Wetan yang jumlahnya lumayan banyak juga.
Kedua kubu saling mengamati mencari kelemahan masing-masing dan berusaha menentukan strategi paling jitu untuk mengalahkan lawannya. Sebagai upaya perang urat syaraf, maka ancaman dan caci makipun saling dilontarkan masing-masing pihak.
Tiba-tiba datang utusan dari Sunan Giri yang membuat pesanggrahan tersendiri. Utusan tersebut kemudian memanggil Panembahan Senopati, Pangeran Surabaya, berikut para bupati.
“Saudara-saudara para pejabat dari Mataram maupun dari Bang Wetan. Kedatangan saya kemari diutus oleh Sunan giri agar membacakan surat yang beliau tulis sebagai berikut:
“Saya, Kanjeng Sunan Giri. Memerintahkan kepada anak-anakku Panembahan Senopati dan Pangeran Surabaya jika kalian bermaksud mau berperang saya tidak mengizinkan. Sebab hal itu hanya akan memakan korban kematian dan rusaknya tata kehidupan kawula alit. Maka di antara kalian kupersilakan damai dengan memilih salah satu. Yaitu, isi atau wadah”.
“Adhi Surabaya, kupersilakan engkau memilih duluan!”, kata Panembahan Senopati.
“Kakang Panembahan Senopati, aku memilih isinya dan kakang wadahnya”, jawab Pangeran Surabaya.
Baca Juga: Lima Aspek dalam Upaya Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak
“Aku terima dengan senang hati, Adhi Surabaya”, jawab Panembahan Senopati.
Artikel Terkait
Babad Tanah Jawi Perahu Kyai Rajamala 1: Bakti Putra Mahkota pada Permaisuri yang Akan Dipulangkan ke Madura
Babad Tanah Jawi Perahu Kyai Rajamala 2: Diturunkan di Bengawan Solo Siap Mengantar Kanjeng Ibu Permaisuri
Babad Tanah Jawi Perahu Kyai Rajamala 3: Versi Lain Menyebut untuk Meminang Putri Adipati Cakraningrat
Babad Tanah Jawi Perahu Kyai Rajamala 4: Pengikut Setia Paku Buwono V, Mpu Brojoguno III Pembuat Keris Pusaka
Ekspansi Panembahan Senopati ke Jawa Timur 1: Menegaskan Riwayat Sunan Giri Tentang Raja di Jawa