Bulan Ramadhan untuk meraih suasana hayatan thayyibah

- Rabu, 29 Maret 2023 | 05:30 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dokumen Pribadi)

HARIAN MERAPI - Bagaimana penjelasan bulan Ramadhan disebut sebagai bulan untuk meraih suasana hayatan thayyibah?

Maksud hayatan thayyibah sendiri adalah kehidupan baik yang mencakup semua hal yang disebutkan di dalam hadis nabi Muhammad SAW.

Antara lain mencakup rezeki yang halal, sifat qanaah atau rasa cukup, taufik dari Allah SWT, nikmat syurga di akhirat kelak dan juga kebahagiaan dan ketenangan hidup.

Baca Juga: Pembayaran THR harus penuh, tidak boleh dicicil. Ini hitungan besarannya!

Di sisi lain, hayatan thayyibah bukan berarti kehidupan mewah yang luput dari ujian, tetapi adalah kehidupan yang diliputi oleh rasa lega, kerelaan serta kesabaran dalam menerima cobaan dan rasa syukur atas nikmat Allah.

Firman Allah SWT: “Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (QS. An-Nahl; 16:97).

Ayat di atas secara jelas menegaskan bahwa Allah SWT akan memberikan hayatan thayyibah atau kehidupan yang baik kepada semua umat manusia baik laki-laki maupun perempuan yang beramal shaleh dan beriman dengan aqidah yang lurus.

Dalam ajaran Islam terdapat beberapa kriteria kehidupan yang disebut hayatan thayyibah, yaitu:

Pertama, kehidupan yang dilandasi oleh aqidah tauhid yang kuat. Keimanan kepada Allah
SWT adalah fondasi kehidupan umat Islam.

Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang semua orientasi kehidupnya hanya dilandaskan pada nilai-nilai ketauhidan kepada Allah SWT.

Baca Juga: Diduga korupsi bersama istrinya, KPK geledah kantor hingga rumah pribadi Bupati Kapuas

Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Katakanlah : Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. (QS. Al-An’am; 6:162).

Kedua, kehidupan yang selalu memberi dampak positif atau bermanfaat bagi diri sendiri dan
sesama.

Sebagai makhluik sosial, manusia dituntut untuk senantiasa melakukan kerja-kerja
kemanusiaan yang memberikan aura positif bagi lingjunagn sosialnya.

Kerja-kerja kemanusiaan atau amal shaleh adalah amal perbuatan yang dilakukan manusia sehingga membawa dampak positif atau manfaat pada dirinya dan juga pada orang lain.

Halaman:

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Hak asasi manusia dalam Islam

Kamis, 1 Juni 2023 | 17:00 WIB

Membangun etos kerja dalam Islam

Kamis, 25 Mei 2023 | 17:00 WIB
X