HARIAN MERAPI - Berjiwa pemaaf yang ujudnya mudah menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain memang tidak mudah.
Perlu untuk dilatihkan setiap saat yang nantinya akan membaw ketenangan hidup.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala. “…dan memaafkan (kesalahan) orang. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imran,3:134).
Al-Quran secara tegas juga memerintahkan bahwa salah satu kriteria calon penghuni surga adalah orang-orang yang mampu menahan amarah dan mudah memberikan maaf atas kesalahan orang lain.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Ali Imran, 3:133-134).
Pribadi pemaaf yang mampu menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain, telah dijanjikan surga di akhirat kelak.
Jiwa pemaaf memang bukan merupakan sifat yang instan pada diri seseorang, melainkan suatu sifat yang tumbuh dalam diri seseorang ketika orang tersebut telah terbiasa melatih dirinya secara terus-menerus untuk dapat memberikan maaf dan juga meminta maaf.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Maha Pemaaf, dan kita sebagai hamba-Nya sudah selayaknya untuk selalu berusaha meniru sifat yang utama itu.
Sebagaimana firman-Nya: “Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az-Zumar, 39:53).
Baca Juga: KPK : Sebanyak 134 pegawai pajak punya saham di 280 perusahaan
Semua manusia pernah melakukan suatu dosa dan kesalahan, karena manusia memang tempatnya salah dan dosa.
Rasulullah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda : Dari Anas bin Malik RA berkata, bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda : “Seluruh Bani Adam (manusia) banyak melakukan kesalahan (dosa), dan sebaik-baik manusia yang banyak kesalahannya (dosanya) adalah yang banyak bertaubat (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Ahmad).
Jadi hal yang wajar, ketika orang sudah meminta maaf karena telah menyesal, maka tidak ada kata lain bagi manusia yang beriman kecuali harus memaafkan kesalahan mereka dan sekaligus didoakan agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengampuni dosa mereka.
Resep mujarab belajar memaafkan orang lain.
Artikel Terkait
Menjadikan bekerja sebagai ibadah kepada-Nya
Membangun rasa kesetiakawanan sosial, jadilah orang yang suka bersedekah
Tri pusat pendidikan anak, kunci utamanya pendidikan dalam keluarga
Memetik hikmah di balik ujian hidup, di antaranya mengangkat derajat seseorang
Keluarga Samara ditegakkan dengan sendi-sendi syariat Islam